tag:blogger.com,1999:blog-91483066765295419922024-03-10T09:48:00.636+07:00Drs. H. Akhmad Nurhadi,S.Pd, M.SiPengawas Pendidikan Menengah - Dinas Pendidikan SumenepPengawas Dikmen Sumenephttp://www.blogger.com/profile/15381621576998198706noreply@blogger.comBlogger7125tag:blogger.com,1999:blog-9148306676529541992.post-75876620082554489002011-06-08T17:53:00.002+07:002011-06-08T17:58:28.986+07:00Ketakjuban Astronomis (Dan Astrologis?) Dalam Puisi<div align="center" class="MsoNormalCxSpFirst" style="line-height: normal; text-align: center;">MALAM (KYAI) M. FAIZI :</div><div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: center;">KETAKJUBAN ASTRONOMIS ( DAN ASTROLOGIS? ) DALAM PUISI<a href="http://draft.blogger.com/post-create.g?blogID=9148306676529541992#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""></a></div><div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: center;">Oleh: Akhmad Nurhadi Moekri, mantan ketua Lesbumi NU Sumenep.</div><div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: left;"> Kritikus tidak menulis puisi</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> bersama kata-kata, ia bersayap , terbang di dahi penyair</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> tapi, langit mereka begitu sempit</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> ketika puisi jadi kehidupan sehari-hari</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: left;"> <br />
(Kata dan Peristiwa)</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Saya senang membaca <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Permaisuri Malamku</i>, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Rumah Bersama</i>, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Sareyang</i>, atau bahkan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Tiga Belas Plus</i>, walaupun judul yang saya tulis berakhir itu sebetulnya belum pernah saya baca. Saya memang senang membaca (Kyai) M. Faizi. Alasannya tentu saja banyak, tetapi alasan yang paling urgen adalah karena ketika saya membaca (Kyai) M. Faizi yang terbaca adalah (Kyai) M. Faizi, bukan D. Zawawi Imron, bukan pula Subagio Sastrowardoyo, Piek Ardijanto Soepriadi, atau Martin Jankowski, apalagi Akhmad Nurhadi Moekri. Hehe.....! Makan kaldu terasa kaldu. Bukan makan rujak terasa <i style="mso-bidi-font-style: normal;">hotspot</i>, eh! <i style="mso-bidi-font-style: normal;">hotdog</i>! </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> ‘Malam’ sebagai potensi maupun esensi, denotasi, konotasi, bahkan arti simbolik −dalam jagat puisi−sering digali Penyair. Tidak kurang dari Subagio Sastrowardojo telah melahirkan<i style="mso-bidi-font-style: normal;">: Leiden 4/10/78</i> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(Malam)</i> dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Malam Penganten</i>; Piek Ardijanto Soeprijadi telah menghadirkan: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pelabuhan Malam, Lelaki Malam, Dingin Malam; </i>atau Martin Jankowski: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Vollmondnacht an der Kuste van Bali</i> (Malam Purnama di Pantai Bali), belum lagi dalam jagat drama dan prosa. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Namun demikian, ‘malam’ sebagai tema sentral hadir –sejauh penelitian Penulis− hanya dalam antologi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Permaisura Malamku </i>oleh (Kyai) M. Faizi. Pak Kyai muda yang penyair. dan tentu saja bersarung dan berkopiah hitam tinggi. Sosok yang terlalu sederhana untuk pribadi cerdas dan unik. Sama sederhananya dengan puisi-puisinya yang arif dengan kedalaman intelektual mamadai.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Kesederhanaan yang kaya. Betapa kita disuguhi kata, frasa (idiom), klausa, atau kalimat dengan standar baku. Kita perhatikah kutipan larik-larik berikut: “//Kilatan cahaya yang berpendar/ hidup dan berdenyar/...” (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Surat Cinta untuk Malam</i>); “//kelip mata malammu/jumpalitan jatuh ke cahaya mukaku//” (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Permaisuri Malamku</i>); “//Bemersik pikiran/melayang-layang/menimbuni kesadaranku,.../” (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Berjalan di Malam Hari</i>); “/Namaku malam/kepingan waktu yang membentuk subuh/...” (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Namaku</i> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Malam</i>); dan banyak lagi. Baris-baris tersebut menampilkan pola kalimat: S-P (Subyek-Predikat), kalimat sederhana dengan diksi sederhana pula. Tentu saja kesederhanaan yang kaya makna. Makna perjalanan spiritualitas dan kepenyairan versi (Kyai) M. Faizi. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Perjalanan sampai (atau dimulai dari) pada pengamatan pemandangan langit malam dengan segala fenomena: Galaksi, massa, kecepatan cahaya, gelap, langit, sunyi, dengan segala macam fenomenanya (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">inherent: </i>alam, manusia, Tuhan).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Betapa mempesonanya ‘malam’ sampai-sampai Penyair mengirimkan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Surat Cinta untuk Malam </i>yang dibuka dengan bait<i style="mso-bidi-font-style: normal;">:”//</i>Kilatan cahaya yang berpendar/redup dan berdenyar/seperti jantungku mengatup dan mekar/perkenalkan, aku bernama malam//...” (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Surat Cinta untuk Malam</i>). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">I don’t know</i> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">why</i> Kadek menterjemahkannya menjadi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Love Poem to Nigt. </i>Dalam bahasa Indonesia terdapat perbedaan yang signifikan antara <i style="mso-bidi-font-style: normal;">peom</i> ‘puisi’ dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">letter</i> ‘surat’. Yang jelas keterpesonaan kepada ‘malam’ tetap mengental sepanjang puisi dalam antologi ini. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Pesona malam juga mengusik kesadaran Penyair –dan tentu saja menyadarkan kita− akan keterbatasan diri (dan manusia pada umumnya) terasa pada: “ .../aku menakar batas akhir kemampuanku/menjangkau sumber cahaya//” (Permaisuri Malamku); Juga : “/...aku sampai tak mampu /mencapai titik pertemuan cipta/saat gelap berjumpa cahaya//” atau: “//Supernova, Supernova/aku memanggil menggigil/karena itu yang sedikit kutahu/yang cemerlang jelang tiada//” (Bagaikan Supernova). Kemampuan pengamatan (alamiah) manusia terbatas. Demikian juga pemikiran (ilmiah), maupun perenungan (spiritualitas dan seni). </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Walhasil pesona ‘malam’ membangunkan kearifan diri, kejelian dalam melihat isi (baca: esensi, substansi, hakikat, dsb.). Penyair sampai pada: “/...ia yang cemerlang/menang tanpa pertandingan/” (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Tong-Batong</i>); atau: “/...di masa kini/yang terang oleh ilmu dan iman/tetapi digelapkan oleh takabur dan tipu daya//” (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Sejenak ke Dulukala</i>); Sikap arif dalam menyikapi benturan tradisi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">hisab </i>dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">rukyat </i> dalam penentuan awal bulan Romadhon: “/Menjelang bulan ramadhan/menghitung dan melihat/bersading di atas peterana/untuk sama-sama sepakat/setia, mencintai dan taat/dalam keadaan serba terbatas/” (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Menunggu Hilal);</i> Pada akhirnya sampai pada: “//Fana, fana, fana/sebab yang baka/hanyalah untuk Yang Esa//” (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Rukyatul Hilal</i>).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Antologi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Permaisuri Malam</i> memang buku kumpulan puisi, bukan astronomi apalagi astrologi. Oleh karenanya ia juga memuat sikap kepenyairan yang dianut Penyari tentang hakikat puisi: “.../penyair membalik penaka jadi nirsama/untuk puisi//...” (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ting)</i>. Penyair sebagai kreator semu daoat saja menciptakan dunia (puisi)nya sendiri, bahkan menciptakan peristiwa: “.../sebab itulah Dimyar menulis puisi/karena sebetulnya ia menciptakan peristiwa/yang hilang saat tidak dibaca/” (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kata dan</i> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Peristiwa</i>), atau puisi adalah fakta itu sendiri: “/...di layar komputer/bintang-bintang berdenyar menjadi puisi/” (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Menunggui Malam</i>), hingga Penyair (ikut) memutuskan: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ancestor of Science </i>adalah puisi: “//<i style="mso-bidi-font-style: normal;">experience and imagination/poem and it’s metaphor/represent our ancestors</i>/<i style="mso-bidi-font-style: normal;">ancestor of science/”</i> (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ancestor of</i> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Science</i> ‘Nenek Moyang Ilmu Pengetahuan’). Sikap kepenyairan ini juga diperlukan dalam rangka lebih memahami puisi-puisi (Kyai) M. Faizi. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Sesederhana apapun puisi (Kyai) M. Faizi, tapi ia telah mampu memperkaya khazanah wawasan puitik –juga estetik− saya (dan kita), termauk di dalamnya kekayaan fakta, konsep, atau prosedur dalam kosa kata: mengupak, penaka, nirsama, berdenyar, abid, ampai, malim, nalam, layas, dst. Untungnya Penyair cukup berbaik hati dengan mencantumkan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Sari Kata</i> dalam bukunya.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Demikian juga upaya menghadirkan beberapa puisinya dalam bahasa Inggris merupakan jawaban terhadap kebutuhan globalisasi yang kita hadapi saat ini. Syukur kalau antologi ini dapat terbit di luar negeri.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Langit malam memang fenomenal (sama fenomenalnya dengan langit siang). Kisah Ibrahim AS mencari Tuhan lewat kajian terhadap bintang-bintang, bulan, bahkan matahari. Kisah Muhammad SAW diisrokmikrojkan pada malam hari untuk menerima kewajiban sholat. Serta kisah-kisah lain dapat menjadi sumber ilham yang tidak akan pernah kering untuk digali. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Luar biasa! Penyair –dan kita semua− hidup di bumi, planet mungil yang terselip di antara milyaran galaksi<i style="mso-bidi-font-style: normal;">. </i>Kesadaran ini digetarkan kembali oleh puisi-puisi<i style="mso-bidi-font-style: normal;"> </i>(Kyai) M. Faizi<i style="mso-bidi-font-style: normal;">. Subhanallah wallahu akbar</i>!</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Sumenep, 13 Mei 2011</div><div style="mso-element: footnote-list;"><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn1" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://draft.blogger.com/post-create.g?blogID=9148306676529541992#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Calibri;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Calibri; font-size: 10pt; line-height: 115%;"></span></span></span></span></a>Disampaikan pada acara Bedah Buku Permaisuri Malamku oleh M.Faizi bertempat di Aula Asy-Syargawi Annuqayah Sumenep, pada 18 Mei 2011.</div><div class="MsoFootnoteText"><br />
</div><div class="MsoFootnoteText"><br />
</div></div></div>Pengawas Dikmen Sumenephttp://www.blogger.com/profile/15381621576998198706noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9148306676529541992.post-17990738154013971972011-06-08T17:50:00.003+07:002011-06-08T17:51:29.531+07:00Sedikit Rasa Laparku<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b>SEDIKIT RASA LAPARMU</b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">pagi mengalir film kartun, </div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">berita bola, rekaman mesum artis</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">sedikit rasa laparmu</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">terhibur organisasi masyarakat: NU, Muhammadiyah, ...</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">yang terakhir PNB</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">di negeri ini ormas apa yang tidak ada</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">di pasar dijajakan segala macam buah</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">segala macam jajan: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">junkfood</i>; makanan sampah</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">sampah nuklir </div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">sampah politik </div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">sampah ormas</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">sedikit rasa laparmu</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">terhibur kartunis</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">yang biasa menista diri </div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">menista nabi</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">menista siapa saja</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">sedikit rasa laparmu</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">terhibur sajak Rimbauth: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">laparku Anne </i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">lari di atas keledaimu...</i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">terhibur sajak Rendra: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">kelaparan adalah burung gagak</i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">yang....</i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">sedikit rasa laparmu</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">sate kelinci sate-gule sate lalat</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">nasi goreng sambal goreng bebek goreng</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">see food capjay</i> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">sedikit rasa laparmu</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">televise radio internet majalah koran</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">sedikit rasa laparmu</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">travelling hicking climbing </div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">sedikit rasa laparmu</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">poligami</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div>Pengawas Dikmen Sumenephttp://www.blogger.com/profile/15381621576998198706noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9148306676529541992.post-7679341242093995482011-06-08T17:45:00.001+07:002011-06-08T17:48:45.857+07:00Puisi : Sebuah Edutaintment<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbCczoo56LzMggfODbL3FhZFOSqMwOf8frIzDAVdLcvc1vhyphenhyphenFiynHki6WjDiZkRhZESjsOQsIu196vTeYYPCk59KxXmY2K0msyx7EizfYYTN_CbzoB-qO9F3KlnWjAq6a6ctdWeMMGQAg/s1600/Untitled+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">PUISI: SEBUAH <i style="mso-bidi-font-style: normal;">EDUTAINTMENT</i></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Oleh: AKHMAD NURHADI MOEKRI, Ketua Lesbumi NU Sumenep</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 288.0pt; mso-add-space: auto;"><span style="font-size: 12pt;">puisi: zat hidup </span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 288.0pt; mso-add-space: auto;"><span style="font-size: 12pt;">yang mencintai pagi</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 288.0pt; mso-add-space: auto;"><span style="font-size: 12pt;"> (Tengsoe Tjahjono)</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam suatu diskusi seorang peserta dengan sinis –semoga sinis dramatik_ mengatakan, bahwa ketika membaca puisi ia tidak mendapatkan apa-apa, sama artinya dengan tidak membaca. Ia mati rasa terhadap puisi. Jelas ia bukan penyair atau calon penyair. </span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sama halnya dengan yang bukan petinju tidak akan kehilangan apa-apa dengan tidak bertinju. Yang bukan perokok tidak akan kehilangan apa-apa dengan tidak merokok. Yang bukan pelukis tidak akan kehilangan apa-apa dengan tidak melukis. Petinju tidak sama dengan perokok atau pelukis, tapi paling tidak identik. Demikian juga penyair, kata Khairil Anwar: Yang bukan penyair tidak ikut ambil bagian atau yang bukan penyair hanya bisa memimpikannya, kata Nirwan Ahmad Arsuka, ketika member catatan pada <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Telepon Genggam</i>nya Jokpin (Pinurbo, 2003:77)</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Penyair menghadirkan karya puisi bukan tanpa maksud. “Saya berpuisi untuk mengespresikan diri dan berkomunikasi.” kata Sang Clutit Emas, D. Zawawi Inron (imron, 1986:V). “Puisi adalah wahana Subagio untuk menghadirkan dirinya, juga pandangannya. papar Bakdi Sumanto. Bahkan Subagio sendiri menegaskan, bahwa puisi adalah filsafat dalam penjelasan seni.” (Sastrowardoyo, 1995:140).</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Demikian juga ketika Dodong Djiwapradja menghadirkan kumpulan sajak <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kastilia </i> sempat memberikan catatan (Djiwapradja, 1999:ix), “Sajak-sajak yang tercantum di dalamnya tak ubahnya seperti potret saya sendiri, terpampang dalam berbagai pose, tampang dan gaya yang berbeda-beda, seiring dengan meningkatnya jenjang usia dengan berlatarkan suasana zaman yang berlain-lainan pula. Namun yang tampak dikenali adalah di situ tetap diri saya pribadi, bukan orang lain.” </span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Ketika Eka Budianta memberikan pengantar pada Antologi Puisi Indonesia 1997, ia sempat menuliskan (Sukirnanto, 1999:ix): “menulis puisi sebagai proses mengembangkan kepribadian. Dari puisi-puisi itu tercermin kepribadian, intelektualitas, dan “mutu” sumber daya manusia kita.” </span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Terakhir, kredo jenius kepenyairan Tengsoe Tjahjono dalam <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Salam Tabik: Menulis Puisi dengan Puisi, </i>antara lain dikatakannya (Tjahjono, 2003:vi): “… puisi tidak saya hadirkan sekadar sebagai media, ia justru ilham itu sendiri. Ia penggerak. Ia yang membimbing tangan penyair untuk menekan keyboard computer membangun dunia asing, ruang puitik.” </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Perhatikan pula bait puisi D. Zawawi Inron (Imron, 1986:7) </span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> dengan puisi</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> kusuburkan seribu semak</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> tempat bunga-bunga tersenyum</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> setelah hatiku jadi bom</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> dan berdentum</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> (Sajak Burung Gagak )</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Atau pada puisi Hartojo Andangdjaja (Andangdjaja, 2002:61) berikut:</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> karena sajak melambaikan harapan-harapan baru</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> karena sajak adalah kaki langit yang memanggil selalu.</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> karena sajak adalah dunia di mana kasih kita bertemu</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> karena sajak adalah kita punya <i style="mso-bidi-font-style: normal;">rendez-vous</i></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">(Rendez-vous)</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Demikian pula sajak Subagio Sastrowardojo (Sastrowardoyo, 1995:6)</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> ah, sajak ini,</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> mengingatkan aku pada langit dan mega.</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> sajak ini mengingatkan kisah dan keabadian,</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> sajak ini melupakan aku kepada pisau dan tali,</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> sajak ini melupakan kepada bunuh diri.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> (Sajak )</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">atau pada karya Dodong Djiwaprodjo (Djiwaprodjo, 1999:89) berikut ini:</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> Puisi adalah manisan</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> yang terbuat dari butir-butir kepahitan</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> puisi adalah gedung yang megah</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> yang terbuat dari butir hati yang gelisah</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> (Puisi)</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">juga pada puisi penyair M. Poppy Donggo Huta Galung berikut (Galung, 1999:8):</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> yang telah memberiku senang</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> yang telah memberiku sedih</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> yang telah memberiku cinta</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> berjalin dan mengikatku kini</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;">dalam rumah tangga</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt;"> (Sajak)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Puisi tidak diciptakan penyair dengan sia-sia. Dengan puisinya penyair menggantungkan keinginan, tujuan, target, harapan, cita-cita, ambisi, atau paling tidak kalau kita gemar bermain logika: keinginannya tanpa keinginan, tujuannya tanpa tujuan, targetnya tanpa target, harapannya tanpa harapan, cita-citanya tanpa cita-cita, ambisinya tanpa ambisi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dengan demikian dapat dirumuskan sederetan fungsi puisi: alat ekspresi diri, alat komunikasi, wahana menghadirkan diri lengkap dengan pandangan-pandangannya, sebagai filsafat dalam penjelasan seni. sebagai potret diri dengan posenya, menyuburkan semak (jiwa), memberikan harapan baru yang lebih indah, menghibur diri, penyalur kegelisahan, penghindar keputusasaan, ilham, penggerak dan seterusnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"> Konsep tentang fungsi puisi atau fungsi sastra pada umumnya telah banyak diungkap orang. Tidak kurang dari Edgar Allan Poe (dalam Welleck, 1995:25-26) melontarkan istilah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">didactic heresy</i>, sastra (baca: puisi) bukan saja berfungsi menghibur, tetapi juga mengajarkan sesuatu, kemudian Horace (dalam Welleck, 1995:25-26) mengusung konsep <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dulce</i> dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">utile</i>. Horace mengatakan bahwa puisi itu indah dan berguna. Lebih lanjut Horace menjelaskan bahwa fungsi seni (baca: puisi) harus dikaitkan pada <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dulce</i> (indah) dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">utile</i> (berguna). Terakhir pendapat Eastman perlu kita jadikan pertimbangan. Eastman (dalam Welleck, 1995:30) memberikan penekanan bahwa ”tugas utama penyair adalah membuat kita melihat apa yang sehari-hari sudah ada di depan kita, dan membayangkan apa yang secara konseptual dan nyata sebenarnya sudah kita ketahui.” </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Soal kemudian pembaca masih tidak menemukan apa-apa. Tidak apa-apa. Jangan dipaksa untuk menemukan apa-apa. </span><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">DAFTAR PUSTAKA</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Andangdjaja, Hartojo, 2002. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Buku Puisi</i>. Jakarta: Pustaka Jaya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Djiwapradja, Dodong, 1999, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kastalia</i>. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Galung, M. Poppy Donggo Huta, dan A.D. Donggo, 1999<i style="mso-bidi-font-style: normal;">. Perjalanan Berdua</i>. Jakarta: Grasindo.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Imron, D. Zawawi, 1986. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Clurit Emas. </i>Surabaya: Bintang.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Pinurbo, Joko, 2003. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Telepon Genggam</i>. Jakarta: Buku Kompas.</span></div><div class="MsoNormal">Sastrowardoyo, Subagio, 1996. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Dan Kematian Makin Akrab. </i>Jakarta: Gramedia.</div><div class="MsoNormal">Sukirnato. Slamet (ed.), 1997. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Antologi Puisi Indonesia</i>. Bandung: Angkasa.</div><div class="MsoNormal">Tjahjono, Tengsoe. 2003. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pertanyaan Daun. </i>Malang: Komunitas Kata Kerja.</div><div class="MsoNormal">Welleck, Rene dan Austin Warren, 1995. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Teori Kususastraan</i>. Jakarta: Gramedia</div><div class="MsoNormal"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: right;">Sumenep, 20 Mei 2008</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 288.0pt; text-indent: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 288pt; text-align: right; text-indent: 36pt;">Pukul: 21.42</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">TENTANG PENULIS<br />
</div><div style="text-align: justify;">AKHMAD NURHADI MOEKRI adalah Sekretaris APSI (Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia) Kabupaten Sumenep (masa bakti 2005-2010), Ketua Pengurus Cabang Lesbumi NU Kabupaten Sumenep (masa bakti 2004-2009), Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan STKIP PGRI Sumenep ( sejak 2007) , dan Pengurus PGRI Kabupaten Sumenep (periode 2005-2010), senang menulis puisi. </div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; page-break-after: avoid;">Email : nurhadi_diknas@yahoo.com </div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; page-break-after: avoid;"> <img border="0" height="100" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbCczoo56LzMggfODbL3FhZFOSqMwOf8frIzDAVdLcvc1vhyphenhyphenFiynHki6WjDiZkRhZESjsOQsIu196vTeYYPCk59KxXmY2K0msyx7EizfYYTN_CbzoB-qO9F3KlnWjAq6a6ctdWeMMGQAg/s200/Untitled+1.jpg" width="70" /> </div>Pengawas Dikmen Sumenephttp://www.blogger.com/profile/15381621576998198706noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9148306676529541992.post-48321908808080157182011-06-08T17:36:00.001+07:002011-06-08T17:38:05.801+07:00Di Gapura Kita Bertemu<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">Di Gapura Kita Bertemu</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">Oleh: Drs. H. Akhmad Nurhadi, S.Pd., M.Si.</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Fungsi puisi di antaranya merupakan media komunikasi di samping media ekspresi. . Berkomunikasi melalui puisi tentu saja bukan sekedar <i style="mso-bidi-font-style: normal;">greeting</i>, tetapi komunikasi intensif sekaligus artistik. Segenap daya –imaji, lambang, tanda, - dapat ditangkap pembaca sebagai pesan (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">messege</i>). Dari sinilah kemudian berkembang apa yang Horace sebut sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dulce and utile</i>. Puisi itu indah dan berguna.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Ketika kita berhadapan dengan puisi (baca: Antologi Puisi –antologi, bukan ontologi-), maka puisi menyapa kita atau kita menyapa puisi. Pembacaan semacam itulah yang dimaksud dengan proses komunikasi. Proses komunikasi adakalanya berhasil dan ada kalanya gagal. Proses komunikasi gagal manakala kita dan puisi terpisah jurang perbedaan yang tajam. Perbedaan itu bisa berujud perbedaan visi, konsepsi, latar budaya, bahasa, dan sebagainya atau eksistensi puisi itu sendiri. Puisi yang dibentuk melalui akrobat kata-kata, atau spekulasi bahasa jelas tidak akan bermakna. (Boro-boro pembaca disuruh mengerti atau memahami, penyairnya −itupun kalau boleh disebut penyair− sendiri tidak akan mempunyai gambaran apa-apa terhadap puisinya. Puisinya tidak berbicara apa-apa. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Puisi-puisi dalam antologi “Sepasang Hati Gapura” cukup berhasil memberikan jalinan komunikasi. Laut –dalam maknanya yang metaforis atau simbolis− mendomisasi puisi-puisi yang termuat di dalamnya. Antologi ini berisi puisi-puisi Khairul Umam dan Nur Khalis mesing-masing menyertakan 15 judul karya puisinya. Jadi berisi 30 puisi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Sedemikian <i style="mso-bidi-font-style: normal;">intens</i>nya laut dalam antologi ini membuat “The Old Man and The Sea” karya maestro sastra klasik Ernest Hemingway mereferensi dalam upaya mengapresiasi karya penyair darii desa Gapura Sumenep tersebut. Judul-judul puisi berikut mengindikasikan kenyataan ini: Laut dan Laki-laki, Sebentar Saja Kita Bersama Pelaut Tua Milik Kita, Yang Berteman Gelombang, Sepanjang Jalan ini, Anak Kecil di Tepi Laut, Pada Pagi yang Resah, dan sebagainya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Kita disuguhi tragik kehidupan. Puisi “Kandara” mewakili sisi kehidupan ini, di samping baris-baris: </div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Dia terheran melihat wajah anak itu</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Persis sama seperti payung yang dibawanya</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 144.0pt; mso-add-space: auto; text-indent: 36.0pt;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;">_hitam legam</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Lalu matanya yang sayu meraba awan bergumpal</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Kelam</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 114.0pt; text-align: justify;"> (Seorang Anak Kecil dan Sebuah Payung)</div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 114.0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; tab-stops: 60.0pt 107.25pt;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Namun </span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> _ yang merajam takdirku di sungai kala itu</span></b></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Dengan sebuah pancing yang kita pegang ujungnya</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Adalah kisah hujan pada kemarau </span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> (Bermain dengan Masa Lalu) </span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Di sanalah dia akan membunuh</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Ayahnya seniri </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt; line-height: 115%;"> (Seorang Anak Kecil dan Sebilah Belati) </span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> </span><span lang="IN" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;">juga laki-laki yang sendiri terbakar mimpi</span><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"></span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> </span><span lang="IN" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;">lantas hangus dan mati</span><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"></span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> (Laut dan Laki-laki)</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt; line-height: 115%;"> Kita juga disadarkan bahwa harapan selalu masih ada.. </span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Kenapa tak kita ikuti saja kekhusukan mereka</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Sebagai kekhusukan para nabi?</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Mungkin di sana kita akan mengert</span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt; line-height: 115%;"> (Untuk yang Terluka) </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Khumairah, tak ada lagi titik embun yang kau puja disini</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Namun bukan berarti kita tak bisa</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Menciptakannya lagi</span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt; line-height: 115%;"> (Sajak untuk Sebuah Negeri)</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> </span><i><span lang="IN" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;">:tapi salam ini tak akan pernah berhenti!</span></i></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 252.0pt 288.0pt 343.5pt; text-indent: 36.0pt;"><i><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> </span></i><i><span lang="IN" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;">__assalamu’alaikum... </span></i><i><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"></span></i></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 252.0pt 288.0pt 343.5pt; text-indent: 36.0pt;"><i><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt; line-height: 115%;"> </span></i><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt; line-height: 115%;">(Declaration Letter)</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Tentu saja tak ketinggalan suguhan sensualitas cinta. Perlu dimaklumi ke dua penyair tersebut masih Belia. Puisi ”</span><span lang="IN" style="font-family: Garamond; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Other Side </span><span style="font-family: Garamond; font-size: 12pt; line-height: 115%;">o</span><span lang="IN" style="font-family: Garamond; font-size: 12pt; line-height: 115%;">f Bride </span><span style="font-family: Garamond; font-size: 12pt; line-height: 115%;">a</span><span lang="IN" style="font-family: Garamond; font-size: 12pt; line-height: 115%;">nd Brigedroom Night</span><span style="font-family: Garamond; font-size: 12pt; line-height: 115%;">” cukup berhasil menyajikan sensualitas cinta tanpa terjebak kecengengan atau eksplorasi berlebihan terhadap seksualita.</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> </span><span lang="IN" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;">sebab cumbuku semakin keras dan kekal dalam persetubuhan</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> </span><span lang="IN" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;">aku jadi lupa gemuruh birahi doa yang memekakkan sepi dan hayatku </span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt; line-height: 115%;"> </span><span lang="IN" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt; line-height: 115%;">membutakan dzikir dan tahajjudku</span><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt; line-height: 115%;"></span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> </span><span lang="IN" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;">sungguh, aku mendulang keliru.</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 77.25pt;"><span style="font-family: Garamond; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> (Other Side of Bride and Brigedroom Night)</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Aidah, jika semua sudah selesai. bisakah kau menemuiku</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Di ceruk yang dalam. jauh dari keramaian?</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt;"> Di sini!</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt; line-height: 115%;"> (Sebaris Sapa untuk Aida)</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt; line-height: 115%;"> </span><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt; line-height: 115%;">:Di luar problem sensualita, kita dapat menjadikan Santiago, protogonis dalam novel Ernest Hemingway sebagai referensi. Tentunya kita boleh menjadikan siapa saja sebagai referensi baik bersumber dari tokoh fiksi, maupun tokoh fakta. Kita gunakan asumsi ini bukan semata-mata karena kita mengikuti paham Mimesis ala Plato atau Aristoteles. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt; line-height: 115%;"> Lelaki tua Santiago telah mengalami tragik kehidupan, harapan, atau barangkali sensualitas cinta yang sudah lama ditinggalkannya. Santiago telah mengalami semuanya. Pada saatnya kitapun dapat mengalami segalanya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: Garamond; font-size: 13pt; line-height: 115%;"> Kita –Santiago, Khairul Umam, Nur Khalis SB, dan saya− telah bertemu di Gapura. Sebenarnya kita bisa bertemu di Pendopo, di Candi, di Pesantren, atau di mana saja. Bahkan kapan saja. Karena karya sastra selalu mampu meretas ruang dan waktu.</span><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt; line-height: 115%;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Garamond; font-size: 13pt; line-height: 115%;"> Kita telah bertemu. Kita akan selalu bertemu! </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;">` </div><div class="MsoNormal" style="text-align: right;">Sumenep, 25 Desember 2010</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Pengawas Dikmen Sumenephttp://www.blogger.com/profile/15381621576998198706noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9148306676529541992.post-5165322818197793142011-06-08T17:31:00.001+07:002011-06-08T17:34:12.747+07:00Bermain Sastra Dengan Mahasiswa<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">BERMAIN SASTRA DENGAN MAHASISWA</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">oleh: AKHMAD NURHADI MOEKRI</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Hidup adalah permainan. Kita bermain dengan siapa saja dan apa saja, bahkan tidak jarang kita bermain dengan diri kita sendiri. Barangkali pikiran saya terisi dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Panggung Sandirwara</i>nya Ahmad Albar, yang akhir-akhir ini lagu tersebut sering kita dengar. Entah siapa pula penyanyinya: </div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;"> Dunia ini panggung sandiwara</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;"> Ceritanya mudah berubah</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;"> Kisah Mahabharata atau tragedi dari Junani</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;"> Setiap kita dapat satu peranan </div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;"> yang harus kita mainkan</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> ...</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Orang bermain sandirwara, orang bermain politik, bermain gila, bermain musik, bermain sastra. Bermain sastra, sebuah frase yang kedengarannya aneh, tapi sesuatu yang aneh biasanya mempunyai masa sendiri untuk selanjutnya menjadi tidak aneh. Akhir abad XIX penduduk pribumi begitu takjub memandang noni-noni Belanda dengan rambut berkepang dua mengendarai kereta angin alias sepeda pancal. Kok tidak jatuh,ya? Sebuah pertanyaan sederhana tapi sesungguhnya memerlukan kedalaman Mekanika untuk menjelaskannya. Seharusnya pertnyaan cerdas semacam ini perlu dikagumi, tetapi pada buku <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Bumi Manusia </i>oleh Pramoedya Ananta Toer. Perasaan takjub melihat keanehan noni-noni Belanda bersepleda, bukan karena kedalaman ilmu pengetahuan pribumi, tetapi semata-mata karena pribumi tidak mendapatkan akses bersentuhan dengan sepeda pancal, apalagi memilikinya. Suatu kemiskinan jasmani dan rohani yang benar-benar parah. Di masa penjajahan hal ini merupakan sesuatu yang lumrah.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Pengarang juga suka dengan keanehan-keanehan. Iwan Simatupang dengan novel-novelnya yang aneh. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ziarah, Merahnya Merah</i>, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kooong </i>pada mulanya<i style="mso-bidi-font-style: normal;"> </i>merupakan novel-novel yang aneh. Demikian juga <i style="mso-bidi-font-style: normal;">O, Amuk, dan Kapak </i>pada mulanya terasa aneh. Mantera yang dihidupkan kembali oleh Sutardji Calzoum Bachri lewat puisi-puisinya. Sebuah gejala atavisme. Putu Wijaya dengan Anu, Aduh, dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Wah</i>. Drama yang kreatif. Barangkali memang dalam sastra keanehan dapat didefiniskan sebagai kreativitas. Kemudian ketika muncul keanehan-keanehan baru , maka yang lama menjadi tidak aneh, bahkan menjadi klasik. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Anggapan karya sastra sebagai permainan kata-kata memang tidaklah sepenuhnya benar, tetapi tanpa bermain dengan kata-kata pengarang tidak dapat berbuat apa-apa. Bandingkan sastrawan dengan pelukis yang bermain dengan warna dan garis, pemahat bermain dengan bentuk, penari bermain dengan gerak, dan jangan lupa penyanyi bermain dengan nada dan irama. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Sekarang saya mengajak mahasiswa saya bermain sastra, khususnya genre puisi, sebagaii pelengkap kegiatan perkuliahan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Apresiasi Puisi dan Prosa Fiksi</i>. Tentu saja Antologi ini dapat digunakan sebagai salah satu tolok ukur, sekali lagi salah satu, bukan satu-satunya. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Kepada seluruh mahasiswa tercinta saya berharap pada saatnya nanti menulis puisi bukan beban, tatapi merupakan kebutuhan. Itu artinya Saudara-saudara mahasiswa sudah menjadi penyair. Semoga!</div><div class="MsoNormal" style="text-align: right;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: right;"> Sumenep, 2 Nopember 2010</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">-</div>Pengawas Dikmen Sumenephttp://www.blogger.com/profile/15381621576998198706noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9148306676529541992.post-32307966334662117582011-03-17T11:37:00.001+07:002011-03-17T11:41:59.838+07:00Kumpulan Berita<div class="judulnya"><b>Berita 1</b><br />
<br />
<div style="text-align: center;"><b>RSBI dan Penyelewengan di Semua Level</b></div></div><br />
<div style="text-align: justify;">JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi X DPR RI menilai, isu utama perlu dievaluasinya rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) bukan di level mana penyalahgunaan terbesar terjadi. RSBI terbukti telah membuka peluang penyelewengan dana di semua level sekolah.<br />
<br />
Demikian diungkapkan anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Golkar Hetifah Sjaifudian, Selasa (15/3/2011), menanggapi kisruh RSBI/SBI yang kembali mengemuka. Ia mengungkapkan, sampai saat ini pun masih banyak keluhan dan pengaduan yang muncul tentang RSBI/SBI mulai level SD hingga SMA.<br />
<br />
"Saya sudah minta agar Komisi X mengagendakan topik ini dan meminta Kemdiknas mempresentasikan hasil evaluasinya secara transparan dan segera mengubah kebijakan tentang RSBI. Jika perlu UU Sisdiknas juga harus direvisi," ujar Hetifah.<br />
<br />
Seperti diberitakan, penyalahgunaan dana dari pemerintah pusat, provinsi, dan pungutan orangtua siswa untuk rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) paling banyak terjadi di jenjang SMA. Sementara di tingkat SD hanya sekitar 25 persen.<br />
<br />
Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal, Senin (14/3/2011), mengakui dana untuk RSBI tidak seluruhnya digunakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar dan kualitas guru, melainkan untuk pembangunan fisik seperti perbaikan ruangan kelas, pembangunan laboratorium, pemasangan mesin pendingin ruangan, dan pagar atau gerbang sekolah.<br />
<br />
Untuk itu, hasil evaluasi pemerintah terhadap RSBI itu akan menjadi landasan penyusunan peraturan Menteri Pendidikan Nasional mengenai RSBI yang antara lain akan memperketat penggunaan dana. Penyalahgunaan penggunaan dana oleh RSBI ini, kata Fasli, menjadi fokus utama evaluasi pemerintah. </div><div style="text-align: justify;">Sumber <a href="http://www.klubguru.com/3-view.php?subaction=showfull&id=1300238129&archive=&start_from=&ucat=1&%20">Ikatan Guru Indonesia </a><br />
<br />
Berita 2<br />
<br />
<div class="judulnya" style="text-align: center;"><b>70 Persen Guru sekolah Internasional Tak Mampu Berbahasa Inggris</b></div><br />
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR- Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Mahmud BM mengakui perubahan status sejumlah sekolah rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) ke sekolah berstandar internasional di Makassar masih mengalami sejumlah kendala. Salah satu kendala besar adalah minimnya guru yang mampu berbahasa Inggris, padahal bahasa pengantar sebagian besar mata pelajar di SBI adalah bahasa Inggris.<br />
<br />
Mahmud menyampaikan hal tersebut kepada Tribun, Senin (14/3/2011). "Saya harus mengakui jika tidak lebih dari 30 persen guru yang mampu berbahasa Inggris. Kami sudah melakukan berbagai upaya namun belum menunjukkan perubahan signifikan padahal SBI sudah mendesak," kata Mahmud via telepon selulernya.<br />
<br />
Dinas Pendidikan juga telah memprogramkan pelaksanaan pelatihan atau kursus bahasa Inggris bagi mereka yang belum mampu berbahasa Inggris. "Kalau guru Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), dan Bahasa Indonesia tidak menjadi masalah karena pengantarnya menggunakan bahasa Indonesia tetapi mata pelajaran sains dan sosial harus berbahasa Inggris," keluh Mahmud. <br />
<br />
Sumber <a href="http://www.klubguru.com/3-view.php?subaction=showfull&id=1300238129&archive=&start_from=&ucat=1&%20">Ikatan Guru Indonesia </a> </div>Pengawas Dikmen Sumenephttp://www.blogger.com/profile/15381621576998198706noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9148306676529541992.post-32370488211116108052011-03-16T01:33:00.006+07:002011-03-17T10:24:27.452+07:00Puisi<div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><b>PUISI-PUISI ANM-1</b></span></div><div style="text-align: center;">oleh Akhmad Nurhadi Moekri</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><br />
<b>PINTU SUDAH DITUTUP</b><br />
<br />
pintu sudah ditutup<br />
mari kita isolasi matahari<br />
biarkan lahap: gurun, laut, hutan, pegunungan,<br />
zologi, botani; Kita manusia: mari kita isolasi matahari<br />
bahkan matahari mengisolasi kita!kita rachitis<br />
kita anemia<br />
kita tbc<br />
kita jantungan<br />
<br />
08175035086 nomor hp siapa<br />
tercecer di sini pemiliknya bisa saja<br />
sudah mati<br />
pintu sudah ditutup: 08175035086<br />
beringstone lagu Jacko<br />
tidak selesai<br />
<br />
Sumenep, 27 Juni 2008<br />
<br />
<b>AKU SUDAH PUNYA PILIHAN</b><br />
<br />
aku sudah minum 3 gelas<br />
di ruang berase kampanye merembes<br />
_memang sekarang musim kampanye pilpres_<br />
sekarang musim flu babi<br />
sekarang musim flu politik<br />
sekarang musim flu demokrasi<br />
sekarang musim flu korupsi<br />
Aku sudah punya pilihan<br />
<br />
aku sudah minum 3 gelas<br />
di ruang berase semalam kulahap belut bumbu<br />
nasi goreng, ayam goreng, buntut goreng<br />
bebek bakar<br />
<br />
bakar kepalamu_<br />
penuhi talam: pesta domokrasi pesta politik<br />
pesta kampanye<br />
<br />
biar aku santap<br />
biar aku kekenyangan<br />
tapi aku sudah punya pilihan<br />
<br />
Surakarta, 17 Juni 2009<br />
<br />
<b>THE SUNAN HOTEL SOLO</b><br />
<br />
hall penuh. dimampatkan iringan gamelan penerima tamu<br />
-tamunya bukan aku-. Tari Gambyong dan wali kota luluh<br />
dalam sorotan lampu. Mari kita heningkan cipta<br />
<br />
Ada pemukulan gong<br />
Ada tukar menukar cindremata<br />
Ada pidato<br />
<br />
tamunya bukan aku: Mari<br />
kita heningkan cipta saja<br />
kamar tidak perlu dibuka<br />
<br />
Sumenep, 27 Juni 2009<br />
<br />
<b>AKU KETEMU MONYET</b><br />
<br />
500 km dari rumah<br />
aku kehilangan orbit<br />
langit melayani kecepatan doa,<br />
kijang, jet, jerit, listrik<br />
<br />
aliran darah<br />
aliran sungai<br />
aliran mistis<br />
<br />
aku bertapa di setiap goa kata<br />
rimba wacana<br />
rumus fisika – matematika- mekanika<br />
ketemu kwantum<br />
ketemu evolusionisme<br />
ketemu monyet<br />
<br />
500 km dari rumah<br />
aku ketemu monyet<br />
<br />
Surakarta, 17 Juni 2009<br />
<br />
<b>TENTANG MAUT</b><br />
<br />
Maut selalu menakutkan para raja<br />
Fir’aun, Namrud, Nero: Hidup adalah perbudakan<br />
tuhanpun dijadikan budak<br />
~budak kucing anggora, Persia, Australia;<br />
budak bonsai, mobil mewah: budak pusaka<br />
budak harta<br />
budak tahta<br />
budak wanita (pria)~ Kitalah budak-budak itu<br />
<br />
Maut mengerikan bagi budak-budak<br />
Maut mengerikan bagi raja-raja<br />
Aku juga takut: la ilaaha illallah!<br />
<br />
Sumenep, 6 Juli 2009<br />
<br />
<br />
<b>K.A. EKSPRES SURABAYA-MALANG</b><br />
<br />
kereta api berseliweran dalam nadiku<br />
tampa rel tanpa stasiun tanpa gerbong<br />
tanpa masinis tanpa loko tanpa gemuruh<br />
~kayak setan~ menembus genangan lumpur<br />
menembus hamparan sawah menembus hutan<br />
menembus batas langit menembus dinding mimpi<br />
~fantasi sorga~ kereta api berseliweran di segenap<br />
jalur syaraf otak jika terhenti berarti mati<br />
<br />
~ada sms Rendra kritis. Rendra bisa mati, tapi puisinya<br />
abadi~ kereta api berseliweran melarikan siapa saja<br />
apa saja bagaimana saja di mana saja kapan saja<br />
mengapa saja...<br />
<br />
Sumenep, 5 Juli 2009Pengawas Dikmen Sumenephttp://www.blogger.com/profile/15381621576998198706noreply@blogger.com2